Thursday 1 October 2009

Doa Seorang Pendosa

Pada zaman Nabi Musa as, ada seorang laki-laki yang sangat terkenal akan kefasikannya semasa hidup. Tatkala laki-laki itu meninggal dunia, orang -orang di sekitarnya tidak sudi untuk memandikan dan menguburkannya dengan layak. Mereka hanya menyeret mayat laki-laki itu dan membuangnya ke suatu tempat yang penuh dengan kotoran ternak,

lalu Allah menurunkan wahyu kepada Musa, agar ia berangkat ke tempat lelaki tersebut dan memandikan, menguburkan dan mensalatkannya dengan layak. karena lelaki itu adalah seorang wali-Nya. Maka berang-katlah Musa ke tempat jenazah lelaki tersebut. Sesampai di kampung yang dituju, Musa meminta keterangan kepada penduduk mengenai kehidupan lelaki itu. Tetapi jawaban yang diterima Musa hampir senada, bahwa lelaki itu semasa hidupnya mempu-nyai sifat dan perangai yang jelek.

Lalu, Musa meminta mereka untuk berse-dia memberitahu di mana jenazah lelaki tersebut mereka tempatkan, karena Allah memerintahkannya untuk mencarinya. Permintaan Musa dikabulkan, maka beberapa orang menunjukkan tempat di mana lelaki itu diletakkan. Ketika telah sampai, Nabi Musa mendapati mayat lelaki itu berada di tempat tumpukan kotoran hewan. Kembali para penduduk mengingat-kan Musa bahwa lelaki itu adalah orang yang fasik selama hidupnya.

Mendengar tuturan para penduduk desa tersebut, Musa mengadu kepada Allah, katanya, "Ya Allah..Engkau telah memerin-tahkan aku untuk memandikan, mensalat dan menguburkan lelaki ini, sedangkan kaumnya telah bersaksi bahwa laki-laki ini semasa hidupnya adalah orang yang bertingkah laku jelek. Untuk itu, Engkaulah yang lebih mengetahui apakah orang yang meninggal ini baik atau buruk?"

Pengaduan Musa dijawab Allah dengan menurunkan wahyu-Nya, "Wahai Musa, orang-orang itu benar dengan apa yang telah diperbuat laki-laki itu. Tetapi mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya lelaki itu telah meminta pertolongan (syafaat)-Ku saat menjelang ajalnya dengan tiga doa. Seandainya seluruh manusia yang penuh dengan dosa mau meminta-Ku dengan tiga doa tersebut, tentulah akan Aku penuhi. Oleh karena itu, bagaimana Aku tidak sayang padanya sedangkan dirinya benar-benar meminta-Ku? Dan bukankah Aku adalah zat yang lebih berhak member! kasih sayang?"

Nabi Musa bertanya, "Wahai Allah, apa saja ketiga doa itu?" Allah menjawab dengan wahyu-Nya, doa pertama, ketika ajal lelaki itu sudah dekat ia berdoa,

Doa Pertama : "Ya Allah! Sesungguhnya aku telah berbuat maksiat, namun hatiku amat mem-benci perbuatan maksiat itu. Akan tetapi, ada tiga perkara yang selalu bersama-samaku hingga aku melakukan perbuatan maksiat itu di dalam hati. Pertama, adalah hawa nafsu, kedua adalah teman yang jelek dan ketiga adalah Iblis. Ketiga perkara inilah yang menjatuhkanku ke dalam lembah kemaksiatan. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu terhadap sesuatu yang aku ucapkan, maka ampunilah aku."

"Doa kedua; "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku mengerja-kan maksiat, adapun tempatku adalah ber-sama orang-orang fasik, akan tetapi aku lebih suka berkawan dengan orang-orang zuhud. hidup bersama mereka adalah lebih aku senangi daripada bersama-sama orang fasik."

"Doa ketiga: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui aku lebih mencintai orang-orang baik daripada orang-orang fasik sehingga apabila ada dua orang menghadapku yakni orang baik dan fasik, maka pastilah aku mendahulukan kepenti-ngan orang yang baik daripada yang fasik."

Mendengar wahyu ini Musa akhirnya memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Dan ini menjadi 'itibar bagi dirinya dan kaumnya untuk selalu mengharapkan rahmat dari Allah SWT.

Rasulullah pernah berkata, "Seorang yang tenggelam dalam kemaksiatan tetapi tetap mengharapkan belas kasih Allah, lebih dekat kepada-Nya daripada seorang ahli ibadah yang membuat manusia lain putus harapan dari belas kasih Allah."

Kisah ini menyadarkan kita, bahwa sesungguhnya kesucian seseorang bukan karena rajinnya ia beribadah, bukan karena kedudukannya di masyarakat, bukan karena ilmu agamanya yang tinggi. Boleh jadi, mereka itu 'suci' di mata manusia, tetapi belum 'suci' di mata Allah. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang ada dibalik perbuatannya tersebut.

Saya teringat dengan perkataan Rabiatul Adawiyah ketika bermunajat kepada Allah, "Ya Allah, jika aku beribadah mengharapkan surga-Mu, maka campakkan aku ke dalam neraka-Mu. Tetapi jika aku beribadah ingin bertemu dengan zat-Mu, maka jangan tutupi pandanganku untuk bertemu dengan-Mu."

Mudah-mudahan kita berdoa agar amalan ibadah kita yang selama kita kita lakukan diterima Allah dan dosa yang selama kita kita perbuat dihapus Allah. Amin ya robbalallamiin.

Sumber : Hikmah dalam Ujaran dan Kisah ditulis M Syaiful Bakhri dan M. Irham zuhdi, yang mereka sadur dari kitab klasik Al-Mawa'izh al-Ushfuriyah karya Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri.

1 komentar:

Anonymous said...

subhanallah, kisah yang membuat seluruh tubuh ini merinding dan membuat air mata ini mengalir.

Post a Comment

thanks... comment nya yaaa/....