Wednesday 8 July 2009

pentingnya berdzikir



“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku).” (Qs. al Baqarah [2] ayat 152)

“Maka apabila kamu telah berangkat dari padang Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram (Muzdalifah). Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah seperti ditunjkukan-Nya kepadamu. Dan sesunguhnya engkau sebelumnya termasuk orang-orang yang sesat.” (Qs. al Baqarah [2] ayat 198)

“Apabila kamu telah meyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membanggakan) nenek moyangmu, atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka sebagian manusia (ada yang) berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia,’ dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan diantara mereka ada yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat, dan perliharalah kami dari azab api neraka.’ Mereka itulah yang mendapat bagian (pahala) dari usahanya. Dan Allah sangat cepat (teliti) perhitungannya.” (Qs. al Baqarah [2] ayat 200-202)

Dalam sebuah hadits disebutkan ada tiga jenis manusia yang doa-nya tidak akan ditolak oleh Allah Swt., bahkan dikabulkan oleh-Nya, yaitu;
1) Orang yang selalu berdzikir kepada-Nya
2) Orang yang dianiaya
3) Raja atau pemimpin yang adil (Jami’ush Shaqhir)

Untuk dapat mengamalkan dan mencontohnya, sebenarnya sudah cukup walaupun hanya dengan satu ayat atau satu hadits saja. Tetapi bagi mereka yang tidak mau mengamalkan, tak ada gunanya beribu-ribu kitab hadits dan ayat yang dibacanya. Allah Swt. berfirman;
“…mereka itu seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (Qs. al Jumu’ah [62] ayat 5)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda,“Allah Swt. berfirman, ‘Aku tergantung kepada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya apabbila ia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam hatinya, maka Aku mengingat dia didalam hatik-Ku; dan jika dia mengingat-Ku dalam suatu majelis, maka Aku mengingat dia didalam majelis yang lebih baik dari mereka (yaitu dalam mejelis para malaikat yang ma’shum dan tanpa dosa). Jika dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa, dan jika dia mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Hr. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Nisai, dan Ibnu Majah)

Contoh-contoh keterangan diatas menerangkan beberapa pelajaran penting;
Pertama, tentang sikap Allah terhadap hamba-Nya tergantung sangkaan hamba tsb kepada Allah. Maksudnya agar manusia senantiasa mengharapkan karunia dan rahmat Allah Swt., janganlah seklai-kali berputus asa dari rahmat-Nya. Walaupun kita banyak melakukan dosa dan telah melampaui batas dan segala dosa dan kesalahan itu mendapatkan balasan, namun janganlah sekali-kali putus harapan dari rahmat Allah Swt., karena Allah Yang Maha Kasih Sayang dapat saja mengampuni dosa kita melalui rahmat dan karunia-Nya. Allah Swt., berfirman dalam al Quran;
“Sesunguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya. Dan Dia akan mengampuni dosa selain (dosa syirik) itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (Qs. an Nisa [4] ayat 116)

Oleh karena itulah, alim ulama menyatakan bahwa iman antara harapan (roja) dan takut (khauf) kepada Allah Swt.
Suatu ketika Rasulullah saw. menjenguk seorang sahabat muda yang sedang berada dalam sakaratul maut, lalu Rasulullah saw. bertanya kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?” Jawabnya, “Wahai Rasulullah, saya mengharapkan rahmat Allah dan saya takut kepada-Nya karena dosa-dosa saya.”
Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan kedua hal itu (yaitu harapan dan rasa takut) terdapat pada diri seorang, niscaya Allah Swt. mengabulkan apa yang diharapkannya dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutinya.” (Jam’ul Fawa’id)

Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa orang yg beriman itu menganggap dosa-dosanya seperti gunung yg akan jatuh menimpa dirinya. Sedangkan orang-orang yg berbuat dosa menganggap bahwa dosanya seperti seekor lalat yang hinggap ditubuhnya, jika disentuh lalat itu akan terbang, yakni orang yg suka berbuat maksiat dan tidak takut atas perbuatan dosanya.
Maksudnya kita semua harus mengharapkan rahmat Allah Swt. dan takut kepada siksa-Nya atas dosa-dosa kita.

Seorang sahabat yaitu Mu’adz r.a. telah syahid karena diserang penyakit tha’un. Ketika hampir meninggal dunia, dia pingsan beberapa kali. Ketika sadar, dia berkata, “Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa saya sangat mencintai-Mu. Demi kemulian-Mu, Engkau pasti mengetahui hal ini.” Kemudian dia berkata lagi, “Wahai maut, selamat datang. Engkaulah tamu yang penuh dengan keberkahan. Tapi sayang, engkau datang ketika saya dalam keadaan miskin. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hamba senantiasa takut kepada-Mu, tetapi kini saya mengaharapkan rahmat-Mu. Ya Allah, walaupun saya mencintai kehidupan ini, namun bukanlah untuk menimbun harta kekayaan, menyibukkan diri dengan pertanian, dan sebagainya, bahkan pada musim panas pun kami menahan haus dan mengalami berbagai penderitaan semata-mata untuk mengembangkan agama-Mu dan agar dapat duduk bersama para ulama dalam majelis dzikir kepada-Mu.” (Tahzibul Lughat)

Sebagian ulama menjelaskan, bahwa makna ‘tindakan Allah terhadap hamba-Nya tergantung kepada sangkaan hamba-Nya’ bukan hanya dalam permohonan ampun saja, namun berlaku secara umum, termasuk do’a-do’a untuk memohon kesehatan, kemudahan rezeki, keamanan, dan sebagainya.
Misalnya, jika seseorang berdo’a dan dia yakin bahwa do’anya akan dikabulkan, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya.
Oleh karena itu, disebutkan dalam hadits yg lain bahwa do’a seseorang itu akan diterima selama dia berkata, “Doa saya tidak dikabulkan oleh Allah”.
Inipun berlaku dalam masalah kesehatan, kekayaan, dan lain-lain.
Sebuah hadits menceritakan;
“Barang siapa menderita kelaparan, kemudian dia meminta-minta kepada orang banyak, maka Allah Swt. tidak akan mencukupinya.” Sebaliknya, jika dia memohon kepada Allah dan bermunajat kepada-Nya, maka Allah akan menjauhkan segala kesulitannya itu.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa husnuzh zhann (baik sangka) kepada Allah. Masalah ini telah berulang kali diperingatkan oleh Allah dalam kitab suci al Quran. Allah Swt. berfirman;
“…dan jangan pula penipu (syetan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.” (Qs. Lukman [31] ayat 33)

Maksudnya, janganlah kita tertipu oleh syetan agar terus menerus mengerjakan maksiat karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dimana Allah Swt. juga telah berfirman;
“Apakah dia melihat yang ghaib atau dia telah membuat perjanjian disisi Tuhan Yang Maha Pemurah? Sekali-kali tidak!” (Qs. Maryam [19] ayat 78-79)

0 komentar:

Post a Comment

thanks... comment nya yaaa/....